Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Lhaaaa Kok "Ngapak" Juga di Kabupaten Kerinci

Gambar
Ribuan kilometer dari Jakarta, saya jabanin naik pesawat menuju Kota Padang yang dilanjutkan perjalanan darat ke Kecamatan Kayu Aro dalam Provinsi Jambi. Setiap kali traveling saya mendambakan bertemu dengan orang yang berbeda budaya. Ketika berkomunikasi dengan masyarakat asli suatu tempat akan memberi sensasi berbeda dengan keseharian kita. Bagi saya ini menyenangkan. Tapiiii, bayangan saya untuk bertemu masyarakat asli di Kabupaten Kerinci, khususnya di Kecamatan Kayu Aro, Desa Kersik Tuo gatot alias gagal total. Saya kaget ketika baru sampai di salah satu penginapan khusus pendaki Gunung Kerinci, pemilik rumah berbicara bahasa Indonesia dengan logat Jawa. Ah, paling kebetulan saja, mungkin dia lahir di Jawa lalu merantau ke Kerinci. Eh, beberapa saat saat saya mondar-mandir di dalam penginapan ternyata seluruh keluarga dalam satu rumah itu berbahasa Jawa " ngapak blekethek " Jawa poooolll.... Saya mendadak tertawa dan langsung nimbrung ngobrol dengan bahas

(Amit-amit) Ketinggalan Pesawat!

Meskipun saya sudah beberapa kali melakukan penerbangan, tetap saja selalu seenaknya sendiri datang ke bandara keberangkatan alias mepet jam keberangkatan. Berbeda ketika pergi ke bandara dijemput teman, saya terpaksa harus menyamakan jam mereka, aman. Penerbangan pagi itu dari Bandara Soekarno Hatta menuju Minangkabau Padang, jadwal penerbangan pukul 05.50 WIB, dengan santainya saya berangkat dari kawasan Salemba Jakarta Pusat pukul 04.00 WIB. Diawali dengan naik taksi   tapi tidak sampai ke bandara bermaksud berhemat, saya turun di terminal Rawamangun, lanjut naik bus Damri ke bandara Soekarno Hatta.  Teeeeng, sampai bandara pukul 05.03 langsung kebirit-birit untuk check in , hadoh antrian luar binasa panjangnya, benar saja, ini kan menjelang perayaan natal, duh. Boarding 20 menit lagi. Sambil melempar pandangan mencari antrian yang kosong, saya ditelepon seorang teman yang sudah sampai duluan di bandara, rupanya kami diperbolehkan untuk duluan check-in karena jadwal terba

Ini Namanya Bobo Siang atau Berjemur di Pulau Cingkuak?

Gambar
Matahari pas di atas ubun-ubun ketika mas Andi terbangun dari tidurnya, disusul mba Titim. Saya   yang lelap tidur di pinggiran pantai belum goyah sampai benar-benar kepanasan. Haha, sial, ketika saya bangun, mereka sudah nyengir-nyengir di tempat yang teduh tanpa membangunkan saya yang tidur kepanasan. Awalnya, “lapak” kami nyaman karena tidak terkena matahari langsung, terlindungi pohon kelapa ditambah angin yang semriwing. Mungkin karena lelah menggendong ransel gede membuat tidur siang kami nyenyak, hingga tidak menyadari matahari kan “berjalan” berpindah tempat… Zzzz….. Satu ransel berukuran 34 liter nemplok di punggung saya yang melangkah gontai, ditambah lagi dengan satu daypack sempurna menutup dada dan perut. Hari mulai terik ketika saya dan dua teman berhenti di pinggir jalan raya daerah Painan, Sumatera Barat. Kepala mulai berputar,   merasa ada yang aneh dengan perut saya, pucat. Berdalih lapar karena dari pagi belum makan apapun, saya memaksa mengajak dua tema